Senin, 11 Agustus 2014

Turangga Jaran Jati

Turangga Jaran Jati merupakan salah satu komunitas seni Jathilan yang berada di Desa Sumberarum padukuhan  Sejati Desa. Turangga Jati merupakan salah satu komunitas Jathilan yang masih memakai alat-alat tradisional (tanpa alat modern) dan telah populer pada tahun 1941 . Komunitas ini akan tampil pada event-event desa tertentu ataupun secara khusus di sewa oleh pihak lain. Turangga Jaran Jati mempunyai arti khusus, yaitu Turangga yang berarti kuda, Jaran berarti Tarian, Jati berarti asli. Menurut Bapak Tukiman selaku bagian dari komunitas tersebut mengungkapkan arti dari Turangga Jaran Jati yang berarti tarian berkuda yang masih asli.
Pertunjukan seni Jathilan pada komunitas ini, pada umumnya hampir sama dengan komunitas lainnya, yaitu masih memakai sistem babak / round, warga setempat menyebutnya dengan ronde. Setiap ronde diisi oleh penari yang berbeda-beda baik umurnya maupun ukuran tubuhnya. Ronde pertama diperankan oleh penari yang masih muda dan memiliki ukuran tubuh rata-rata seusia anak SMA, ronde kedua diperankan oleh penari yang lebih tua dan berukuran tubuh lebih besar. Turangga Jaran Jati biasanya hanya menggelar 2 ronde saja dalam pertunjukan, namun apabila ada yang memberi upah lebih, maka mereka tidak segan untuk menampilkan ronde ke-3 (tiga).

Penarinya menggunakan pakaian bernuansa kejawen dengan baju hem berwarna putih dan rompi berwarna biru yang telah dihiasi oleh beberapa pernak-pernik yang membuat nuansa kejawen lebih terlihat. Pemain menggunakan jarik (kain khas jawa berukir batik) sebagai pakaian bawahnya yang berwarna dasar hitam dengan ukiran batik berwarna putih. Pemain di lengkapi dengan topi yang berwarna dasar merah dan bagian kuping dari penari dihias oleh sepasang kuping palsu. Wajah para penari Turangga Jati di hiasi oleh make up yang di lengkapi kumis dan diberi kacamata hitam.









Pada bagian depan tempat pertunjukan dapat dilihat beberapa perlengkapan seperti kuda pemain, alat musik, serta tumpeng. Menurut Pak Tukiman tumpeng tersebut merupakan syarat dari pertunjukan seni tersebut agar acara dapat berjalan lancar seperti yang diharapkan. Tumpeng tersebut dilengkapi dengan ayam yang telah direbus sebanyak satu ekor, bubur jenang, telur rebus, buah pisang, dupa, kembang tujuh rupa, nasi kuning, serta uang sejumlah 2 ribu rupiah.
Turangga Jati di lengkapi oleh 8 anggota yang memainkan alat musik,  yang terdiri dari 4 (empat) orang yang memainkan angklung, 3 (tiga) orang memainkan gamelan, dan 1 (satu) orang memainkan gendang / bende. Pemain musik dilengkapi juga dengan pakaian khas jawa yang berupa batik dan blangkon. Iringan musik juga dilengkapi oleh 2 (dua) orang yang berperan memainkan tembang-tembang jawa.



 Ada juga beberapa pemain yang berlenggak-lenggok di lapangan pertunjukan, mereka memainkan peran sebagai Doyok Penthul atau tembem yang memakai topeng berwarna hitam, Wewe yang memakai topeng berwarna kuning dan berhias rambut palsu yang berwarna putih, Genduruwo yang memakai topeng berwarna dasar merah dengan warna penghias yang berupa hitam dan putih, lalu yang terakhir adalah Kebo atau Barongan yang mempunyai warna topeng hampir mirip dengan genduruwo tetapi pada bagian belakangnya terdiri dari karung dan pada bagian ekornya terdapat buntut yang terbuat dari ekor sapi / kerbau, Barongan tersebut diperankan oleh 2 (dua) orang, 1 (satu) memegang kepalanya dan 1 (satu) memegang bagian belakang.
Setelah penari menari sambil diiringi musik tembang-tembang jawa, pertunjukan Jathilan dari komunitas Turangga Jati juga mempunyai waktu klimaks, dimana para pemainnya mengalami trance/ kesurupan. Pada waktu ini penari jatuh satu per satu karena dirasuki oleh roh halus (istilah orang sekitar), ketika mereka terjatuh beberapa pawang menghampiri mereka dan membuat mereka berdiri sambil menggerakan tangan penari tersebut, tidak hanya penari yang kesurupan, namun dari pihak penonton juga bisa-bisa mengalami hal yang serupa. Setelah beberapa  saat penari yang mengalami kesurupan tersebut berdiri dan menari, gerakan mereka terlihat lebih gemulai dan terlihat lebih gagah, seperti seorang prajurit yang siap bertempur.


Gerakan penari saat mengalami kesurupan bermacam-macam dan unik. Ada yang menari dengan lincah seperti mengendarai kuda beneran, ada yang menari dengan liar, ada yang pergi kearah tumpeng lalu memakan beberapa makanan di sana, ada juga yang meminum air sendang sambil memberi air tersebut kepada kuda(jarannya) seperti halnya seorang pemilik kuda yang memberi minum pada kudanya, ada juga yang menunjuk lalu menarik penonton agar ikut menari bersama-sama di lapangan pertunjukan.


Jathilan merupakan salah satu budaya yang berasal dari pulau Jawa dan menurut beberapa sumber budaya tersebut telah popular dari masa kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono pertama. Pulau Jawa merupakan pulau dengan kekayaan seni dan budaya yang tidak terhitung, oleh karena itu, melestarikan dan mempertahankan tiap budaya yang ada merupakan kewajiban dari masyarakat pulau Jawa dan masyarakat Yogyakarta pada khususnya. 

Minggu, 10 Agustus 2014

Wisata Kerajinan "TAS RAJUT BU RUSTI"

Desa Sumberarum, Moyudan, Sleman selain kaya akan budaya dan kearifan lokal juga memiliki sentra kerajinan tas rajut yang sudah cukup terkenal di kalangan mahasiswi dan pecinta tas rajut.

Produk itu bernama "RUSTI BAG"




Sentra kerajinan yang berjenis Home Industries ini dimiliki dan dikoordinir oleh Ibu Rusty beserta putranya,
beralamatkan di Dukuh Karanganjir, Sumberarum, Moyudan, Sleman. Usaha ini telah dirintis sejak tahun 1989, dari pemilik, pengkoordiniran serta pekerja home industries ini adalah warga sekitar Desa Sumberarum. Total pekerja yang sudah bergabung dalam bisnis ini sudah mencapai 150 orang, dan ketika memasuki tahap Finishing sudah di lakukan di 5 tempat. Dengan mengusung nama RUSTI BAG ini ibu Rusty sudah dapat bekerja sama dengan 5 pabrik kerajinan tangan sebagai Reseller-nya. Selain itu juga sebagai alternatif pemasaran, produk ini secara individu sering dipasarkan di Event Sunday Morning UGM, Yogyakarta.

Produk-produk dari rajutan mulai dari dompet, mini bag , hingga tas rajut jinjing semuanya tersedia di sini. Dengan menggunakan bahan dasar benang nylon , katun, dan wol, tas rajut pesanan atau tas rajut dambaan kalian tidak akan gampang rusak selain itu tidak akan mencemari lingkungan. Harganyapun juga terjangkau mulai dari Rp 45.000,00 s/d Rp 300.000,00 .

Jika para travellers dan para pecinta tas rajut tertarik untuk membeli produk ini dapat datang langsung ke alamat Karanganjir, Sumberarum, Moyudan, Sleman, Yogyakarta ( 55563 ) , atau hubungi via telp ( 085643165202 ) atau juga klik! di PIN BBM :2b 53946e

Contoh Koleksi Produk :





Kamis, 07 Agustus 2014

Sumberarum Desa Wisata Alam dan Budaya

    Desa Sumberarum yang teletak di sudut selatan-barat dari wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat ini akan menjadi salah satu desa tujuan wisata baik bagi wisatawan asing maupun wisatawan lokal yang akan berkunjung di Yogyakarta. Desa Sumberarum yang dilewati sungai Progo menjadi pilihan tempat wisata alam yang sangat menarik, karena suasana alam dan lingkungan yang masih asri serta warga desa yang masih sangat memegang teguh adat dan budaya jawa. Di zaman globalisasi saat ini untuk mempertahankan warisan  budaya adalah tugas seluruh warga masyarakat. Begitu pula yang terjadi di desa Sumberarum, memadukan antara wisata alam dan wisata budaya di tengah arus zaman yang semakin maju saat ini. Sebagai  salah satu desa yang berada di pulau jawa dan masih sangat berpegang teguh pada budaya serta warisan kerajaan Mataram yang masih dipertahankan hingga saat ini.  Desa Sumberarum sangat memegang teguh adat dan budaya jawa, hematnya bisa dikatakan antara wisata alam dan wisata budaya dapat disatukan dan akan menjadi akar budaya dan ciri khas wisata yang sangat menarik bagi desa Sumeberarum yang patut untuk dikunjungi oleh para wisatawan baik itu wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Untuk membangun desa wisata yang mandiri dibutuhkan kesinambungan kerja sama antara seluru warga desa untuk mempunyai rasa memiliki,  menjaga dan melestarikan wisata alam serta wisata budaya yang ada di desa Sumberarum. Sehingga obyek wisata ini dapat diperhitungkan dan menjadi salah satu alternatif tempat tujuan wisata bagi para wisatawan yang berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta.
    Untuk menjawab semua itu saat ini desa Sumberarum telah memiliki “Kawasan Wisata Terpadu “ dimana kawasan ini meliputi Kolam renang, Taman bermain, Lintasan Trail di Hutan Wisata, dan Gardu pandang Sungai Progo, yang kesemuanya terletak di Padukuhan Sejati Pasar. Dari ketiga titik lokasi tersebut dihubungkan dengan Sarana Jalan yang sekaligus menjadi Jalan Lingkar Desa Sumberarum. Jika anda berkunjung ke kawasan wisata ini anda tak perlu kawatir akan sarana transportasi menuju kawasan wisata terpadu desa Sumberarum  karena akses jalan menuju kawasan ini sudah dipelebar dan pengaspalan jadi dari kota Yogyakarta menuju desa ini bisa sangat cepat terhubung. Sebagai desa wisata alam Sumberarum merupakan tempat wisata yang sangat cocok untuk berlibur bersama keluarga ataupun teman-teman karena bukan hanya berlibur semata yang bisa kita dapatkan di desa ini, tetapi desa ini mengajarkan kepada kita  hasil dari menjaga alam dan lingkungan sekitar kita. wisata hutan yang di selimuti oleh hutan Jati dan Mahoni yang masih asri dan sangat rimbun serta tertata rapih, sehingga kita bisa merasakan suasan desa dan lingkungan udara yang benar-benar bersih dan jauh dari kata polusi udara seperti di kota-kota besar lainnya di pulau Jawa. Selain menikmati indahnya hutan yang hijau kita juga dapat menikmati Gardu pandang Sungai Progo atau sekedar bermain-main di taman bermain atapun kolam renang di bawah lingkungan desa yang masih sangat asri.  Selain wisata alam desa Sumberarum juga memilki wisata budaya dimana masyrakat desa berperan penting dalam memajukan Tenun di Pandukuhan Pingitan. Jadi kita bukan saja menikmati wisata alamnya yang begitu indah dan eksotik tetapi juga bisa merasakan keramahan masyarakat Sumberarum dengan ikut serta dalam wisata budaya yang ditawarkan oleh warga Sumberarum. Di kawasan Industri Tenun kita dapat berwisata sambil belajar dan menambah pengetahuan kita tentang tenun yang merupakan salah satu aset dan warisan budaya dari leluhur warga Sumberarum
    Sebagai destinasi wisata desa Sumeberarum merupakan salah satu tempat wisata yang sangat menarik dan patut untuk dipertahankan dilestarikan,serta di promosikan kepada para wisatawan sehingga wajib menambahkan desa ini kedalam agenda wista ke Yogyakarta yang wajib untuk di kunjungi.

Oleh: Maria Oktaviani Da Ula
(Pemenang Lomba Menulis Artikel Desa Wisata dan Budaya Sumberarum 
KKN PPM-57 UPN "V" Yogyakarta)

Senin, 14 Juli 2014

PENGUMUMAN LOMBA MENULIS ARTIKEL DESA WISATA DAN BUDAYA SUMBERARUM KKN PPM UPN "VETERAN" YOGYAKARTA ANGKATAN 57

Salam hormat,

Kami menyampaikan hasil penjurian Lomba Menulis Artikel Desa Wisata dan Budaya Sumberarum KKN PPM-57 UPN "Veteran" Yogyakarta yang ditujukan bagi masyarakat umum. Hasil terlampir di sini merupakan keputusan bersama setelah melalui penilaian yang sungguh-sungguh dan obyektif berdasarkan kemampuan tim juri yang telah dipercaya oleh Panitia.

PESERTA LOMBA MENULIS ARTIKEL

Nama | Judul Tulisan | Skor Penilaian
  • Maria Oktaviani Da Ula | Sumberarum Desa Wisata Alam dan Budaya | 495
  • Sigit PR | Sumberarum yang Indah dan Punya Potensi Wisata yang Andal | 493
  • Asep Ardila Kusumadani | Eksplorasi Wisata dan Budaya Desa Sumberarum | 490
  • Armi Hindratno | Desa Wisata dan Budaya Sumberarum | 487
  • Haris Wicakso | Potensi Budaya Dukuh Sejati Pasar, Desa Sumberarum | 465
  • Satria Narendra Kusuma | Turangga Jaran Jati | 460

Selamat kepada Maria Oktaviani Da Ula sebagai Pemenang Lomba Menulis Artikel Desa Wisata dan Budaya Sumberarum KKN PPM-57 UPN "Veteran" Yogyakarta.
Untuk Pengambilan Hadiah Pemenang, akan dihubungi lebih lanjut oleh Panitia.


Demikian kami sampaikan hasil penilaian dari Tim Juri. Terima kasih atas partisipasi dari para peserta. Semoga tidak membuat menjadi berhenti sampai disini dalam membuat karya artikel, tetapi membuat semakin membangkitkan semangat untuk selalu menghasilkan karya artikel terbaik lainnya.

Salam,
Panitia Lomba Menulis Artikel
Mahasiswa KKN PPM-57 UPN "Veteran" Yogyakarta

Rabu, 09 Juli 2014

GELAR BUDAYA DESA SUMBERARUM 22 JUNI 2014

Gelar budaya yang diadakan oleh salah satu ke.ompok KKN PPM UPN 57 ini mengambil budaya tentang jathilan dan karawitan. Budaya tersebut sudah menjadi tradisi bagi warga desa sumberarum. Acara ini diadakan di salah satu dukuh tepatnya di dukuh Sejati Pasar. Acara yang diadakan kelompok KKN 57 ini salah satunya bertujuan untuk melestarikan budaya yang ada di desa sumberarum, dan mengenal lebih dekat budaya jathilan dan karawitan yang dilakukan oleh warga dukuh sejati pasar mulai dari kalangan anak-anak sekolah dasar sampai dewasa.
Berikut hasil dokumentasinya:




















Minggu, 06 Juli 2014

Proses Menggulung Benang secara Tradisional

Sebelum memasuki tahap penenunan, bahan kain nylon digulung terlebih dahulu, karena bentuk kain nylon pada awalnya tidak tertata.
Pada tahap inilah kain nylon di luruskan, digulung supaya lebih tertata, bertujuan supaya dapat dengan mudah untuk ditenun.

Proses 1 :
Pada proses awal ini benang nylon yang panjangnya hingga beberapa meter itu diletakkan pada alat yang bernama Sekiran, alat ini berfungsi sebagai pemilah benang nylon yang bagus atau yang jelek, setelah benang nylon yang bagus dipisahkan seluruhnya, kemudian di proses ke tahap kedua yaitu tahap pemasangan benang.












              sekiran                   

Proses 2 :
Pada tahap ini benang mulai untuk dipasang ke dalam bentuk gulungan yang tertata rapi menggunakan alat yang bernama Ingan. Supaya benang-benang yang bagus tadi tidak kembali menjadi kusut. Masyarakat sering menyebut proses ini dengan di klos ( proses menggulung benang )













                Ingan                     

 Proses 3 :










                          Kerekan

Ini adalah proses terakhir penggulungan benang yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sumber Arum, dari sinilah benang yang sudah tertata tadi tergulung rapi dalam sebuah cetakan yang berbentuk lingkaran, masyarakat biasa menyebutnya Boom. Kemudian benang yang sudah tergulung di dalam Boom dipindahkan ke alat tenun tradisional yang bernama Tostel.

Nama bagian alat Tenun Stagen Tradisional

Berikut ini adalah nama-nama alat yang digunakan warga sekitar di Desa Sumber Arum, Moyudan, Sleman untuk menenenun kain stagen secara tradisional :

 a. Tostel










b. Teropong










c. Loket

















d. Boom











Penasaran dengan fungsi alat-alat tadi?

Ayo kunjungi Desa Wisata Sumber Arum, Moyudan, Sleman!

Potensi Wisata

1. Tenun Stagen Tradisional

Pada beberapa padukuhan di Desa Sumberarum, banyak warganya yang aktif berkegiatan menenun stagen (kain peningset perut tradisional wanita) secara tradisional. Bahkan pekerjaan ini menjadi salah satu dari banyak jenis profesi yang digeluti masyarakat di Desa Sumberarum di era globalisasi yang serba maju seperti sekarang ini, khususnya warga Pedukuhan Setran.

Kain stagen ini umum digunakan para perempuan pada zaman dahulu sebagai penunjang penampilan, serta untuk perempuan yang usai melahirkan , dengan menggunakan stagen ini dapat kembali pengencangkan bentuk perut pasca melahirkan. Baru-baru ini muncul teknologi baru yang dibuat oleh negara-negara maju yang fungsinya sama dengan stagen, sering menyebutnya Corsset .





























Satu alasan menarik mengapa para travelers, backpacker, wajib mengunjungi Desa Sumberarum di Daerah Istimewa Yogyakarta ini supaya dapat melihat dan merasakan secara langsung denyut nadi paling dalam dari Kota Yogyakarta.

Untuk kalian yang ingin membawa pulang hasil kerajinan tradisional ini setelah mengunjungi tempat wisata ini, kalian dapat berkunjung ke TOKO RAHAYU yang terletak di Pedukuhan Sermo, sebelah timur Balai Desa Sumberarum. Toko Rahayu ini juga sudah berdiri sejak tahun 1960-an, dan menjadi pemasok utama hasil tenun stagen tradisional warga desa Sumberarum sejak dulu. Jadi, selain kalian mengunjungi salah satu kearifan budaya lokal masyarakat ,kalian juga akan menikmati wisata sejarah perekonomian Kota Gudeg ini.

Setelah kalian mengunjungi Wisata Tenun Stagen Tradisional ini, pastinya dapat menambah catatan manis perjalanan kalian setelah berkunjung dari Yogyakarta, dan akan menambah satu lagi sebab mengapa Yogyakarta memang Istimewa.

Ayo Kapan Ke Jogja Lagi ??

Rabu, 25 Juni 2014

LOMBA MENULIS ARTIKEL DESA WISATA DAN BUDAYA SUMBERARUM KKN PPM UPN "VETERAN" YOGYAKARTA ANGKATAN 57

Tema: Eksplorasi Desa Wisata dan Budaya Sumberarum

Persyaratan Peserta:
  1.  Masyarakat umum
  2. Melampirkan scan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
  3. Melampirkan biodata diri

Ketentuan Lomba:
  1. Karya tulis tidak mengandung SARA
  2. Artikel berupa tulisan feature
  3. Bentuk tulisan dengan gaya bahasa yang cair, kreatif, dan tidak dalam bentuk makalah ilmiah
  4. Panjang tulisan maksimal 3500 karakter, disajikan dalam teks Times New Romans, 1,5 spasi, dengan font 12
  5. Karya tulis orisinil, asli bukan hasil jiplakan atau terjemahan
  6. Karya tulis belum pernah/ tidak sedang diikutkan lomba penulisan lainnya dan belum pernah dipublikasikan di media apapun
  7. Penilaian meliputi: kejelasan dan kemenarikan isi tulisan dalam mendeskripsikan mengenai desa wisata Sumberarum, serta kesesuaian isi tulisan dengan tema
  8. Karya tulis dan persyaratan dikirimkan melalui email sumberarum.kknppm@gmail.com paling lambat 10 Juli 2014
  9. Karya tulis yang masuk menjadi hak milik panitia dan berhak dipublikasikan dengan menyertakan identitas penulis
  10. Keputusan panitia bersifat mutlak, tidak dapat diganggu gugat
  11. Pengumuman pemenang lomba akan diumumkan  tanggal 15 Juli 2014 melalui blog kami di desawisatasumberarum.blogspot.com
  12. Penyerahan hadiah akan dilakukan pada saat acara Gelar Budaya tanggal 25 Agustus 2014* di desa Sumberarum, Moyudan, Sleman, Yogyakarta
  13. Hadiah bagi pemenang di luar DIY, akan dikirim ke alamat yang dicantumkan.


Hadiah:

Juara pemenang : Rp 350.000 dan sertifikat pemenang



*) tanggal masih dalam konfirmasi

Minggu, 15 Juni 2014

Letak Wilayah Desa Sumber Arum

Secara adiministrasi Desa Sumberarum terletak di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman dengan batas sebelah utara yaitu Desa Sendangmulyo, batas sebelah selatan yaitu Desa Sumber Rahayu, sebelah barat dengan Kabupaten Kulon Progo, dan sebelah timur dengan Desa Sumberagung, Moyudan, Sleman. Wilayah Desa Sumberarum terdiri dari 16 padukuhan yang terdiri dari 76 RT (Rukun Tetangga) dan 35 Rw (Rukun Warga), yang dapat dikelompokkan ke dalam 4 bekas kelurahan lama. Kelurahan Lama tersebut yaitu Kelurahan Lama Puluhan, Kelurahan Lama Jitar Dukuh, Kelurahan Lama Sejati, dan Kelurahan Lama Sermo. Digunakannya istilah Kelurahan Lama karena Desa Sumberarum merupakan penggabungan dari 4 kelurahan lama tersebut.

1. SEKILAS SEJARAH:
Banyak masyarakat yang ada di desa tersebut yang masih memegang teguh tradisi & cerita legenda yang diyakini sudah dari nenek moyang mereka, karena asal muasal Desa Sumber Arum tidak terlepas dari cerita sejarah kemerdekaan Republik Indonesia. Desa ini merupakan sebagian napak tilas Pangeran Diponegoro dan Pangeran Sidolodji serta beberapa pangeran-pangeran yang lain. Jika dirunut cerita dari sisi Pangeran Diponegoro, setelah hijrah dari Selarong "Goa Selarong", Bantul , Pangeran Diponegoro bersama selir yang paling setia R.A Retna Ningsih hijrah ke barat Daerah Istimewa Yogyakarta, bersama para pasukannya yang setia, setelah mengetahui bahwa sepupunya (masyarakat sekitar menyebutnya Pangeran Pringgodigdo) wafat di Benteng Vredeburg, Yogyakarta ,setelah mendapat kabar adanya pesuruh yang dikirimkan Pangeran Pringgodigdo yang membawa sorban dan gamis beliau kepada Pangeran Diponegoro. Kemudian selang beberapa waktu Pangeran Diponegoro berpindah dari Selarong , Bantul untuk memperkuat kekuatan melawan Belanda, kemudian daripada itu Wilayah Sumber Arum dekat dengan tempat yang dahulunya digunakan Sultan Agung untuk bertapa yaitu PUNCAK SUROLOYO, Kulon Progo. 

Wilayah yang dituju Pangeran Diponegoro kelak bernama Sumber Arum, disinilah Pangeran Diponegoro juga sempat berperang, yang kemudian ada nama wilayah yang terletak di Sumber Arum dinamakan "Nanggulang", asal muasal tempat itu  karena Pangeran Diponegoro pernah berhasil mengalahkan Belanda dan memukul mundur artileri Belanda , kemudian untuk mengenang peristiwa itu warga masyarakat sekitar daerah tersebut menyebutnya Nanggulang (bahasa jawa) yang jika di terjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi Menanggulangi.